Kades Kosambironyok saat bersama warga di lokasi proyek |
BANTENESIA.ID, SERANG – Kepala Desa Kosambironyok, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Syarif Hidayatullah, mengerahkan warganya untuk aksi menyetop pekerjaan pembangunan akses jalan sementara untuk proyek investasi Chandra Asri Perkasa (CAP2).
Peristiwa yang disebut sebagai penyampaian aspirasi warga itu terjadi di Kampung Baru Nagreg, Desa Kosambironyok, Sabtu (10/9/2022) pagi sekitar pukul 10.00 wib.
Kepala Desa Syarif datang bersama puluhan warga yang disebutnya perwakilan RT/RW dan juga Tim Pengawalan Pembebasan Lahan Warga Desa Kosambironyok, yang diketuai Zaenal Aripin.
Syarif bersama warga pendukungnya langsung membentangkan spanduk di tengah-tengah lahan yang sedang digarap untuk akses jalan proyek CAP2. Spanduk itu menegaskan bahwa proyek pembuatan akses jalan temporary yang sedang digarap saat ini agar ditunda, sampai adanya kesepakatan antara perusahaan dengan warga.
Di tengah-tengah warganya, Kades Syarif berorasi dan meminta agar warganya menyetop dan menghadang pekerjaan yang sedang berlangsung di wilayah Desa Kosambironyok.
Sebagai Kepala Desa, Syarif mengaku tersinggung karena dirinya tidak mengetahui terkait pelaksanaan proyek tersebut.
"Intinya warga kami meminta kejelasan terkait pekerjaan ini. Aturannya bagaimana, izinnya bagaimana, yang pertama izin dari pemerintah desa setempat, sampai mana jalurnya dan tanah mana saja yang dilaluinya," ujar Syarif di lokasi proyek.
Lebih lanjut dia mengatakan, sengaja mengumpulkan warga karena ingin berbicara terbuka, karena dikhawatirkan ada oknum Pemerintah dan warga setempat yang mengizinkan dan membekingi pekerjaan tersebut.
Syarif juga menyebut bahwa PT Pancapuri Indoperkasa selaku perusahaan penyedia lahan proyek CAP2 tidak menghargai kesepakatan yang telah dibuat dengan Pemerintah Desa dan warga. "Kami selaku pemerintah desa, sangat tersinggung dengan pekerjaan ini. Tim Pengawalan Pembebasan sudah 2 kali mengirimkan surat kepada PT Pancapuri tapi tidak ada tanggapan, padahal waktu sosialisasi rencana pekerjaan ini di kantor desa, kita sudah membuat kesepakatan bahwa pekerjaan ini ditunda dulu pelaksanaannya sampai selesai pembebasan semua pemukiman warga di Desa Kosambironyok," tegas Syarif lagi.
Meski menyatakan PT Pancapuri dan perusahaan pelaksana pekerjaan tidak mengkomunikasikan proyek tersebut kepada dirinya selaku kepala desa, namun Syarif mengakui bahwa staf di Kantor Desa mendapatkan surat pemberitahuan dari kontraktor pelaksana pekerjaan.
Anehnya, di hadapan warganya Syarif juga mengakui bahwa dirinya sebagai pengusaha sempat mengikuti tender proyek pembuatan jalan temporary CAP2 tersebut. Diketahui, dari 8 perusahaan yang mengikuti tender untuk pekerjaan tersebut, salah satunya PT Tiga Jaya Selaras yang dimiliki oleh Kades Syarif. Saat dikonfirmasi wartawan, Syarif menjelaskan bahwa perusahaan miliknya mengikuti tender proyek pembuatan jalan temporary CAP2 yang kini disetop olehnya, karena diundang sebagai peserta lelang oleh PT Pancapuri Indoperkasa. "Saya tender ikut, cuma hanya mengikuti saja. Tapi adapun pemenang, siapapun, silahkan yang penting sesuai," ungkapnya berbincang usai aksi selesai.
Dia juga mengakui saat mengikuti tender sudah mengundang warganya dan menyampaikan bahwa siapapun yang jadi pemenang, baik dirinya ataupun pengusaha lain, kalau belum ada kejelasan terkait pembebasan lahan maka pekerjaan harus ditunda terlebih dahulu. Setelah Kades Syarif berorasi dan memberikan penjelasan ke warga tentang maksudnya menyetop proyek, bergiliran Anggota DPRD Kabupaten Serang Riky Suhendra ikut menyikapi berkumpulnya warga serta terkait proyek yang sedang berjalan oleh PT Pancapuri.
Namun dalam orasinya, Riky menyesalkan aksi warga dan Kepala Desa yang dinilainya sepihak dan tidak kompak dalam menyikapi rencana proyek CAP2 yang masuk ke wilayah Desa Kosambironyok. Riky sebagai anggota dewan yang tinggal di kampung yang jadi lokasi proyek tersebut di Desa Kosambironyok, mengaku merasa tersinggung dengan tidak adanya kekompakan warga, dan gerakan kepala desa menyetop pelaksanaan proyek tanpa lebih dulu berkoordinasi dengan dirinya.
Politisi Partai Demokrat itu mempertanyakan pembentukan Tim Pengawalan Pembebasan Lahan Desa Kosambironyok yang tidak diketahuinya. Padahal dirinya merupakan salah satu anggota DPRD yang tinggal di kampung tersebut. Dia juga menyinggung alasan penolakan proyek tersebut dianggap tidak masuk akal lantaran mereka yang menyoal justru telah lebih dulu menjual rumahnya untuk kepentingan pembangunan proyek CAP2.
"Kalau memang warga mau menolak proyek ini dilaksanakan ya jangan dijual dulu dong tanahnya dan rumahnya ke perusahaan, harusnya warga kompak. Kepala Desa juga sempat saya amuk, kenapa bikin Tim Pengawalan Pembebasan Lahan saya sama sekali tidak diberi tahu. Ada apa?" tegas Riky dengan nada tinggi.
"Perlu diketahui, yang pertama kali menolak proyek ini adalah saya bersama Forum Komunikasi Anyer, bahkan kita sempat demo ke Polres dan dimediasi, waktu itu kepala desa saya undang malah tidak datang. Eh ternyata Tim Pengawalan itu malah bikin spanduk selamat datang investor memberi dukungan, tapi sekarang menolak, ini dulu yang harus diluruskan," ujar Riky lagi.
Belum begitu lama anggota dewan berbicara di tengah-tengah warga, tiba-tiba ada salah seorang warga nyeletuk dan meminta agar anggota dewan tersebut tidak bertele-tele menjelaskan tujuannya berbicara. Sontak saja politisi tersebut tersinggung dan makin mencak-mencak meluapkan emosinya. Dewan tersebut bahkan menantang warganya untuk berduel meskipun si warga yang nyeletuk tersebut sudah meminta maaf.
Beruntung warga yang saat itu berkerumun bisa meredam kemarahan dengan memegangi badan anggota dewan Riky yang berusaha mengejar warga tersebut untuk mengajaknya baku hantam. Akibat kekisruhan yang terjadi antara anggota dewan dan salah seorang warga, akhirnya massa aksi memilih membubarkan diri dan aparat keamanan dari Polsek dan Koramil Anyer juga langsung meminta warga bubar untuk menghindari keributan yang meluas.
Sementara pihak pelaksana pekerjaan proyek akses jalan temporary CAP2, Ues Abu Bakar, menjawab singkat pertanyaan wartawan. Dia mengaku telah menunaikan kewajibannya berkoordinasi dengan warga kampung yang terdampak lokasi proyek dan juga pihak pemerintah setempat. "Surat pemberitahuan sudah kami layangkan ke Pemerintah Desa, kecamatan, Polsek dan Koramil. Kami juga sudah berkoordinasi dengan Forum Komunikasi Anyer - Gunungsugih, dan tim kami di lapangan juga dengan beberapa RT dan warga yang terdampak sudah dilakukan koordinasi," ujar Ues. (*/Wan)