Foto: sumber Malay News |
BANTENESIA.ID, LIFE STYLE – Gaya hidup hedonisme bisa berbahaya bagi kaum remaja. Pasalnya, hedonisme merupakan gaya hidup yang memuja kesenangan dengan mengikuti hawa nafsu tanpa batas.
Mengapa demikian, karena remaja dengan gaya hidup hedonisme hanya akan memburu kesenangan belaka. Dan sedapat mungkin menghindari hal-hal yang menyakitkan, dengan tidak perduli apakah itu merugikan orang lain atau tidak.
Dengan begitu, kaum remaja tersebut nantinya tidak mau hidup susah, tidak mau prihatin dan tidak mau bekerja keras. Lantaran semua itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Mereka kecanduan dan hanya ingin berleha-leha, pesta pora atau pelesiran, tanpa memikirkan sumber uangnya dari mana. Dengan memburu kesenangan, mereka tidak peduli yang harus dilakukan termasuk menipu, mencuri, merampok atau jual diri sekalipun.
Merangkum dari beberapa referensi, gaya hidup hedonisme tentu akan bertolak belakang dengan harapan keluarga, masyarakat dan bangsa. Dimana kesemua itu menginginkan para remaja kita menjadi remaja yang berkualitas, yang tidak saja sehat, cerdas dan trampil, tetapi juga memiliki kepribadian dan berkarakter serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga mereka benar-benar diharapkan menjadi pendukung pembangunan yang handal serta dapat membawa kejayaan bangsa di kemudian hari.
Karena itu, keluarga harus berupaya menghindarkan anak remajanya dari gaya hidup hedonisme. Terus mengajarkan anak-anaknya untuk dekat dengan Tuhan, agar mereka tidak mudah tergoda oleh iming-iming kenikmatan dunia. Kemudian, dengan mengajarkan dan memberikan contoh hidup sederhana, bekerja keras, dan tidak konsumtif. Perlu juga diketahui, sebagai orang tua, tidak mesti selalu menuruti keinginan anak. Karena, hal itu akan menyebabkan anak menjadi egois dan manja. Sebaliknya anak-anak perlu juga diajak untuk selalu bersyukur dan tidak mudah iri hati atau cemburu terhadap orang lain.
Hal lain yang harus disampaikan kepada anak-anaknya untuk menghindari gaya hidup hedonisme adalah, menanamkan kepada anak bahwa harta bukanlah segala-galanya. Tidak semua masalah di dunia ini dapat diselesaikan dengan harta dan tidak semua keinginan atau cita-cita dapat dibeli dengan harta. Sebab harta bukanlah segala-galanya. Harta hanyalah alat untuk memperlancar usaha kita agar kita dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat. (Wk).